Prediksi SDY — Gerakan patungan untuk membeli hutan yang diinisiasi oleh kelompok pegiat lingkungan, Pandawara Group, sedang viral di media sosial. Namun, di balik antusiasme netizen, muncul nada kritis dari parlemen. Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan, menyoroti gerakan ini sebagai sebuah sindiran tajam terhadap performa pemerintah dalam mengelola hutan di Indonesia.
Viralnya gagasan ini tidak lepas dari duka. Gerakan tersebut mengemuka pasca rentetan bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat akhir November lalu. Banyak yang menduga, bencana ekologis ini berkaitan erat dengan praktik deforestasi yang masif.
“Secara ide, ini menarik dan menunjukkan kepedulian. Tapi di sisi lain, ini adalah cerminan kekecewaan masyarakat yang mendalam,” ujar Daniel Johan, seperti dikutip Rabu (10/12/2025). Ia melihat gerakan ini sebagai tamparan keras bagi para pengambil kebijakan yang dianggap mudah memberikan izin konsesi tanpa pengawasan yang ketat.
Daniel menambahkan, degradasi hutan yang kian parah telah menimbulkan korban jiwa dan materi. Ironisnya, para pelaku perusakan hutan seringkali tidak mendapat hukuman yang setimpal. Dalam kondisi seperti inilah, terobosan dari masyarakat, meski terkesan ‘konyol’ bagi sebagian orang, justru muncul.
“Kalau gerakan ini berhasil, ini bisa menjadi terobosan baru. Dengan patungan, artinya hutan menjadi milik dan tanggung jawab rayakat, bukan hanya negara,” tegasnya. Ia pun memberi contoh konkret, seperti pendiri The North Face yang membeli dan melindungi hutan seluas 2 juta hektar di Chile dan Argentina.
Ide patungan beli hutan ini membanjiri linimasa setelah akun Instagram @pandawaragroup dengan 4,1 juta pengikut membagikan gagasannya. “Lagi ngelamun. Tiba-tiba aja kepikiran gimana kalau masyarakat Indonesia bersatu berdonasi beli hutan-hutan agar tidak dialihfungsikan,” tulis unggahan yang kini telah mendapat ratusan ribu likes dan puluhan ribu komentar.
Dukungan bahkan datang dari publik figur. Akun artis Denny Sumargo (@sumargodenny) berkomentar, “1 miliar pertama gw,” menunjukkan geliat serius dari respons masyarakat.
Di balik viralnya ide ini, ada fakta pahit yang menguatkan alasannya. Banjir bandang di Sumatra tidak hanya membawa air, tetapi juga bongkahan kayu gelondongan berukuran besar. Kesaksian warga tentang potongan kayu yang rapi dan adanya tanda nomor pada kayu-kayu tersebut semakin menguatkan dugaan adanya pembalakan liar yang terorganisir.
Gerakan patungan beli hutan, pada akhirnya, lebih dari sekadar tren di media sosial. Ia adalah cermin dari dua hal: kepedulian masyarakat yang tumbuh, dan rasa frustasi terhadap sistem pengawasan hutan yang dianggap belum optimal. Daniel Johan mengajak semua pihak untuk bersatu dalam mengawasi kinerja pemerintah.
“Hutan yang rusak saat ini adalah warisan dari kesalahan puluhan tahun lalu. Kita tidak boleh mengulanginya. Mari jaga hutan yang tersisa, dan terima kasih untuk netizen yang sudah peduli. Ini saatnya bergerak bersama,” pungkasnya.
Pertanyaan besarnya sekarang: akankah gerakan ini hanya menjadi simbol protes, atau bisa berkembang menjadi model konservasi partisipatif yang nyata di Indonesia?
